Pendahuluan
China saat ini dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia sekaligus penyumbang emisi karbon terbesar secara global. Dengan populasi lebih dari 1,4 miliar jiwa dan posisi sebagai pusat industri manufaktur dunia, tantangan lingkungan yang dihadapi negara ini sangat besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah China menunjukkan komitmen serius untuk mengurangi jejak karbonnya. Salah satu tonggak penting adalah target baru yang diumumkan untuk tahun 2035, yakni mengurangi emisi sebesar 7–10% dari puncaknya serta memperluas penggunaan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin dalam skala yang jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun 2020.
Langkah ini menandai fase baru dalam strategi transisi energi China yang tidak hanya penting bagi rakyatnya, tetapi juga berimplikasi besar terhadap stabilitas iklim global. Karena kontribusi China terhadap total emisi dunia begitu signifikan, setiap perubahan kebijakan lingkungan di negeri tersebut akan memberikan efek domino bagi banyak negara.
Latar Belakang Perubahan Kebijakan
Sejak dekade 2000-an, industrialisasi pesat di China mendorong pertumbuhan ekonomi luar biasa, tetapi juga menimbulkan masalah polusi parah. Kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai sempat terkenal dengan kabut asap pekat akibat pembakaran batu bara. Kritik internasional pun menguat, mengingat China dianggap sebagai "pabrik dunia" yang menghasilkan emisi besar dari aktivitas industri dan transportasi.
Namun, beberapa tahun terakhir, kesadaran lingkungan di dalam negeri semakin meningkat. Rakyat China sendiri menuntut udara bersih, air yang aman dikonsumsi, dan lingkungan yang sehat. Pemerintah tidak bisa lagi hanya menekankan pertumbuhan ekonomi, melainkan harus menyeimbangkannya dengan keberlanjutan lingkungan.
Target baru 2035 lahir dari kombinasi berbagai faktor: tekanan internasional melalui perjanjian iklim, kebutuhan domestik untuk menjaga kesehatan publik, serta peluang ekonomi dari industri energi bersih yang terus berkembang.
Detail Target 2035
Ada dua poin utama dalam pengumuman target tersebut:
-
Reduksi Emisi 7–10% dari Puncaknya
Pemerintah menegaskan bahwa emisi karbon China akan mencapai puncaknya sekitar awal 2030-an. Setelah itu, mereka menargetkan pengurangan sebesar 7–10% hingga 2035. Angka ini memang terlihat moderat dibandingkan beberapa negara Eropa yang lebih ambisius, tetapi mengingat skala ekonomi China, langkah ini memiliki bobot besar. -
Ekspansi Energi Terbarukan
Dibandingkan dengan tingkat kapasitas pada tahun 2020, China berencana menggandakan bahkan melipatgandakan penggunaan energi surya dan angin. Negeri ini sudah dikenal sebagai produsen panel surya terbesar di dunia, dan target baru ini mempertegas niat mereka untuk menjadi pemimpin global dalam energi bersih.
Mengapa Target Ini Penting?
1. Pengaruh Global
China menyumbang lebih dari seperempat total emisi karbon dunia. Artinya, jika negara ini berhasil menekan emisinya, kontribusinya akan jauh lebih signifikan dibandingkan aksi dari negara yang lebih kecil.
2. Transisi Ekonomi
Langkah ini juga merupakan strategi ekonomi. Industri energi terbarukan bukan hanya soal lingkungan, tetapi juga pasar global yang bernilai ratusan miliar dolar. Dengan memperkuat sektor ini, China bisa mengamankan posisinya sebagai eksportir utama teknologi hijau.
3. Kesehatan Publik
Polusi udara di China terbukti menyebabkan jutaan kasus penyakit pernapasan setiap tahun. Dengan mengurangi emisi dan ketergantungan pada batu bara, kualitas hidup warga diprediksi meningkat drastis.
4. Diplomasi dan Citra Internasional
Sebagai negara dengan pengaruh besar, target ambisius ini memperkuat posisi China dalam diplomasi iklim. Mereka bisa tampil sebagai pemimpin dunia dalam isu keberlanjutan, bukan hanya sebagai “penyumbang masalah”.
Tantangan yang Dihadapi
Meskipun target ini terdengar positif, realisasinya tidak akan mudah. Ada beberapa tantangan besar yang perlu dihadapi:
-
Ketergantungan pada Batu Bara
Hingga saat ini, batu bara masih menjadi sumber energi utama di China. Banyak provinsi bergantung pada pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi murah. Mengurangi ketergantungan ini berarti menutup ribuan pembangkit dan mengalihkan investasi ke energi terbarukan, yang tentu saja membutuhkan waktu dan biaya besar. -
Pertumbuhan Ekonomi yang Masih Tinggi
Dengan ekonomi yang terus berkembang, permintaan energi juga meningkat. Menekan emisi di tengah peningkatan konsumsi energi bukanlah pekerjaan mudah. -
Distribusi dan Infrastruktur
Energi surya dan angin memiliki karakteristik intermiten (tidak selalu stabil). Untuk itu, diperlukan jaringan listrik pintar (smart grid) dan sistem penyimpanan energi skala besar. China harus mengembangkan infrastruktur canggih untuk mendukung ekspansi ini. -
Resistensi dari Industri Tradisional
Industri baja, semen, dan kimia yang menyerap energi besar akan terdampak langsung. Banyak pelaku usaha mungkin melawan perubahan ini karena khawatir akan menambah biaya produksi.
Strategi untuk Mencapai Target
Pemerintah China sudah merancang berbagai strategi untuk mewujudkan target 2035, di antaranya:
-
Investasi Masif pada Energi Terbarukan
China terus membangun ladang angin lepas pantai terbesar di dunia, serta meningkatkan kapasitas panel surya di gurun-gurun besar seperti Gobi. -
Pengembangan Teknologi Penyimpanan Energi
Baterai skala grid dan teknologi hidrogen dipandang sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan energi surya dan angin. -
Transisi Transportasi
China mendorong penggunaan kendaraan listrik melalui subsidi, pembangunan stasiun pengisian daya, dan regulasi ketat terhadap kendaraan berbahan bakar fosil. -
Perdagangan Karbon
Sistem pasar karbon nasional diperluas untuk menciptakan insentif finansial bagi perusahaan yang berhasil mengurangi emisi. -
Riset dan Inovasi
Universitas dan lembaga penelitian diberi dana besar untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang bisa diaplikasikan dalam skala industri.
Dampak yang Diharapkan
Jika target ini tercapai, ada beberapa dampak positif yang bisa dirasakan:
-
Penurunan Emisi Global
Meski hanya 7–10%, pengurangan emisi dari China setara dengan total emisi tahunan beberapa negara maju. -
Percepatan Inovasi Teknologi Hijau
Dengan skala industri China, harga panel surya, turbin angin, dan baterai bisa semakin murah, sehingga negara lain juga mendapat keuntungan. -
Peningkatan Kesehatan dan Produktivitas
Udara yang lebih bersih berarti masyarakat lebih sehat, produktivitas meningkat, dan beban sistem kesehatan berkurang. -
Stabilitas Energi Nasional
Dengan mengurangi ketergantungan pada impor energi fosil, China juga memperkuat kemandirian energinya.
Kesimpulan
Target baru China untuk mengurangi emisi sebesar 7–10% pada tahun 2035 dan melipatgandakan penggunaan energi terbarukan adalah langkah strategis yang akan berdampak jauh melampaui batas negaranya. Meski penuh tantangan, ambisi ini menunjukkan bahwa transisi energi bukan sekadar wacana, melainkan kebutuhan nyata.
Bagi dunia, keberhasilan China dalam mencapai target ini akan menjadi kabar baik. Sebab, tanpa kontribusi signifikan dari negara dengan emisi terbesar, mustahil upaya global untuk menahan laju perubahan iklim dapat berhasil.
Bagi China sendiri, ini bukan hanya tentang lingkungan, tetapi juga tentang ekonomi masa depan, kesehatan rakyat, dan posisi geopolitik. Tahun 2035 akan menjadi tonggak penting: apakah mereka benar-benar mampu menjadi motor utama peradaban hijau dunia, atau tetap terjebak dalam dilema energi fosil yang sudah terlalu lama membayangi?