Dalam beberapa dekade terakhir, dunia ilmiah semakin sering memberikan peringatan mengenai penurunan populasi serangga secara drastis di berbagai belahan dunia. Salah satu penelitian terbaru yang dilakukan di daerah pegunungan Colorado, Amerika Serikat, menemukan fakta mencengangkan: populasi serangga terbang menurun hingga 72 persen dalam kurun waktu sekitar 20 tahun, dari 2004 hingga 2024. Angka ini bukan sekadar statistik kering, melainkan sinyal bahaya bagi ekosistem global, termasuk keberlangsungan hidup manusia.
Fenomena ini tidak terjadi di kawasan padat penduduk atau wilayah industri berat, melainkan di padang rumput subalpin yang relatif “alami” dan jauh dari aktivitas manusia langsung. Temuan ini mengindikasikan bahwa penyebab utama penurunan serangga tidak hanya disebabkan oleh pestisida, polusi, atau deforestasi, melainkan juga faktor besar lain seperti perubahan iklim.
Mengapa Serangga Sangat Penting?
Bagi sebagian orang, serangga sering dianggap pengganggu. Nyamuk yang gigitannya menyebalkan, lalat yang hinggap di makanan, atau kecoa yang menimbulkan rasa jijik. Namun, di balik kesan negatif itu, serangga memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan kehidupan di Bumi.
-
Polinator utama
Lebah, kupu-kupu, kumbang, bahkan beberapa jenis lalat merupakan agen penyerbuk alami. Sekitar 75 persen tanaman pangan dunia bergantung pada penyerbukan oleh serangga. Tanpa mereka, produksi buah, sayur, kacang-kacangan, hingga kopi akan anjlok drastis. -
Bagian dari rantai makanan
Serangga adalah sumber makanan vital bagi burung, amfibi, reptil, hingga mamalia kecil. Jika populasi serangga hilang, rantai makanan akan terganggu, memicu penurunan populasi pada hewan yang lebih besar. -
Pengurai alami
Banyak jenis serangga membantu menguraikan sisa-sisa organisme mati, kotoran, dan material organik lainnya. Mereka mempercepat proses daur ulang nutrisi di tanah, yang pada akhirnya menunjang kesuburan ekosistem. -
Pengendali hama alami
Serangga predator seperti capung, laba-laba, atau kepik memangsa serangga lain yang dapat merusak tanaman. Tanpa mereka, manusia akan semakin bergantung pada pestisida kimia yang justru merusak lingkungan.
Dengan peran yang begitu vital, penurunan populasi serangga bukan hanya masalah ekologi semata, melainkan ancaman bagi ketahanan pangan dan keberlangsungan hidup manusia.
Fakta Mencengangkan dari Penelitian di Colorado
Penelitian jangka panjang di Colorado menyoroti perubahan drastis yang terjadi di wilayah subalpin, sebuah kawasan yang dikenal relatif “murni” dari polusi dan kerusakan lingkungan. Metode penelitian dilakukan dengan memasang perangkap serangga selama dua dekade, mencatat jumlah, variasi, dan jenis spesies yang tertangkap.
Hasilnya menunjukkan bahwa:
-
Populasi serangga terbang menurun hingga 72 persen.
-
Spesies yang dulunya melimpah kini hanya muncul dalam jumlah sangat kecil.
-
Penurunan populasi paling tajam terjadi pada periode dengan musim panas lebih panas dari biasanya.
Artinya, meskipun wilayah tersebut tidak banyak disentuh manusia secara langsung, iklim yang berubah telah memberikan dampak signifikan terhadap kelangsungan hidup serangga.
Penyebab Utama Penurunan Populasi Serangga
-
Perubahan iklim
Suhu global yang terus meningkat menyebabkan musim panas lebih panjang dan lebih panas. Hal ini mengganggu siklus hidup serangga, mulai dari proses bertelur, ketersediaan makanan, hingga kemampuan bertahan hidup. -
Kehilangan habitat
Meski kasus Colorado menunjukkan penurunan di daerah relatif alami, di banyak wilayah lain habitat serangga hancur akibat urbanisasi, pertanian intensif, dan deforestasi. -
Penggunaan pestisida
Pestisida modern tidak hanya membunuh hama, tetapi juga serangga bermanfaat seperti lebah dan kupu-kupu. Kontaminasi bahan kimia ini dapat merusak sistem saraf dan mengurangi kemampuan reproduksi serangga. -
Polusi cahaya dan suara
Kota-kota besar dengan lampu malam yang berlebihan mengganggu navigasi serangga malam seperti ngengat. Polusi suara juga mengganggu komunikasi beberapa spesies. -
Invasi spesies asing
Serangga lokal sering kalah bersaing dengan spesies asing yang terbawa oleh perdagangan global, sehingga mempercepat kepunahan lokal.
Dampak Serius bagi Kehidupan Manusia
Bayangkan jika penurunan populasi serangga terus berlangsung hingga titik kritis. Berikut adalah dampak nyata yang bisa kita hadapi:
-
Ketahanan pangan terancam: Tanpa polinasi alami, produksi pertanian bisa menurun drastis. Harga pangan akan melonjak, bahkan beberapa jenis buah dan sayur mungkin menjadi langka.
-
Gangguan ekosistem: Hilangnya serangga berarti hilangnya mata rantai penting dalam ekosistem, yang berujung pada penurunan populasi hewan lain.
-
Kerusakan tanah: Tanpa pengurai alami, sisa organik tidak terurai optimal, menyebabkan kesuburan tanah menurun.
-
Ketergantungan berlebih pada teknologi buatan: Jika penyerbukan alami hilang, manusia mungkin harus mengandalkan teknologi penyerbukan buatan yang mahal dan tidak efisien dalam skala besar.
“Silent Spring” Era Baru
Pada tahun 1962, Rachel Carson menerbitkan buku Silent Spring yang mengkritik penggunaan pestisida berlebihan dan dampaknya terhadap burung. Kini, lebih dari 60 tahun kemudian, dunia menghadapi “Silent Spring” baru — bukan hanya burung yang hilang, tetapi juga serangga yang jumlahnya menurun drastis.
Penurunan ini disebut banyak ilmuwan sebagai “apocalypse serangga”, yang berlangsung secara senyap namun berpotensi membawa konsekuensi dahsyat. Tanpa serangga, bumi bisa kehilangan sebagian besar keanekaragaman hayatinya.
Upaya yang Bisa Dilakukan
-
Mengurangi penggunaan pestisida
Pertanian ramah lingkungan dengan teknik agroekologi bisa mengurangi dampak buruk pestisida. Misalnya, menggunakan musuh alami hama alih-alih bahan kimia. -
Menciptakan habitat ramah serangga
Taman kota, pekarangan rumah, hingga area publik bisa ditanami bunga liar untuk menarik penyerbuk. Tanaman asli lokal juga penting untuk menjaga ekosistem serangga. -
Mengurangi polusi cahaya
Menggunakan lampu hemat energi dengan arah cahaya terbatas dapat membantu serangga malam tetap dapat bernavigasi. -
Riset berkelanjutan
Monitoring jangka panjang sangat penting untuk mengetahui tren populasi serangga di berbagai wilayah. Data ini bisa menjadi dasar kebijakan konservasi. -
Kesadaran publik
Mengubah pandangan masyarakat terhadap serangga. Dari yang dianggap hama, menjadi makhluk vital yang perlu dilindungi.
Penutup: Serangga Adalah Detak Jantung Ekosistem
Penurunan populasi serangga hingga 72 persen dalam 20 tahun adalah alarm keras bagi umat manusia. Mereka adalah detak jantung ekosistem yang sering tidak terlihat, bekerja tanpa henti menjaga keseimbangan alam. Jika kita gagal melindungi mereka, konsekuensinya bisa jauh lebih serius daripada yang kita bayangkan: krisis pangan, keruntuhan ekosistem, hingga ancaman bagi kelangsungan hidup manusia sendiri.
Saat ini, kita masih memiliki kesempatan untuk bertindak. Melalui perubahan gaya hidup, kebijakan ramah lingkungan, serta kesadaran kolektif, populasi serangga mungkin masih bisa diselamatkan. Menjaga serangga berarti menjaga masa depan bumi dan generasi yang akan datang.