Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

Kesalahan Umum Saat Menikmati Sushi Menurut Chef Michelin, dan Bagaimana Seharusnya Kita Menghargai Kuliner Jepang

"Kesalahan umum menikmati sushi menurut Chef Michelin & cara menghargai kuliner Jepang."

 



Sushi telah menjadi salah satu kuliner Jepang yang paling dikenal di seluruh dunia. Hidangan sederhana namun sarat makna ini bukan hanya soal potongan ikan segar di atas nasi, tetapi juga sebuah bentuk seni kuliner yang menuntut keseimbangan rasa, tekstur, serta estetika. Tidak heran, banyak chef berbintang Michelin di berbagai negara menjadikan sushi sebagai sajian spesial yang memerlukan dedikasi tinggi.

Baru-baru ini, seorang chef di Newcastle yang restorannya masuk dalam daftar Michelin membocorkan sebuah rahasia menarik. Ia menyebutkan bahwa ada satu kesalahan besar yang kerap dilakukan pelanggan saat menyantap sushi. Kesalahan ini tidak hanya membuat pengalaman kuliner menjadi kurang maksimal, tetapi juga dianggap sebagai bentuk ketidaktahuan terhadap budaya dan tata cara menikmati sushi yang sebenarnya.

Sushi: Lebih dari Sekadar Makanan

Sebelum masuk ke detail kesalahan tersebut, penting untuk memahami filosofi dasar dari sushi. Di Jepang, sushi bukan sekadar hidangan cepat saji, melainkan hasil dari perjalanan sejarah panjang. Dari metode pengawetan ikan dengan nasi yang difermentasi hingga transformasinya menjadi makanan bergengsi, sushi selalu merefleksikan kedalaman budaya Jepang.

Setiap elemen dalam sushi memiliki arti:

  • Nasi (shari) harus memiliki kelembutan dan keasaman yang tepat dari campuran cuka beras.

  • Ikan (neta) harus segar, dipotong dengan presisi, dan disesuaikan dengan tekstur nasi.

  • Penyajian menekankan kesederhanaan, kebersihan, dan keindahan.

Dengan latar belakang ini, tidak heran banyak chef merasa kecewa ketika melihat pelanggan memperlakukan sushi dengan cara yang dianggap “salah” atau tidak menghargai tradisi.

Kesalahan yang Sering Dilakukan

Menurut chef Michelin di Newcastle tersebut, kesalahan terbesar pelanggan ketika makan sushi adalah merendam seluruh potongan sushi ke dalam kecap asin hingga basah kuyup.

Bagi sebagian orang, tindakan ini terlihat wajar. Kecap asin dianggap sebagai pelengkap yang membuat rasa ikan semakin gurih. Namun, bagi seorang chef sushi sejati, hal ini merupakan bentuk "penghinaan" terhadap kerja keras yang telah dicurahkan dalam menciptakan keseimbangan rasa.

Alasannya jelas:

  1. Nasi kehilangan teksturnya. Jika nasi direndam terlalu lama dalam kecap, butiran nasi akan hancur dan kehilangan rasa asli yang sudah dibumbui dengan cuka beras.

  2. Ikan tertutup rasa asin berlebihan. Kelezatan ikan segar justru tenggelam oleh rasa dominan kecap. Padahal, inti dari sushi adalah kesegaran dan kealamian cita rasa laut.

  3. Estetika dan teknik hilang. Chef biasanya sudah mengoleskan sedikit kecap atau saus khusus pada ikan sesuai kebutuhan. Dengan menambahkan berlebihan, kita justru merusak komposisi yang telah dirancang.

Etika Menyantap Sushi

Untuk memahami mengapa hal ini dianggap penting, mari kita lihat bagaimana etika makan sushi di Jepang:

  1. Gunakan sumpit atau tangan dengan benar. Sushi boleh dimakan dengan tangan, terutama nigiri. Tidak ada yang salah dengan ini selama dilakukan dengan sopan.

  2. Celupkan bagian ikan, bukan nasi. Jika ingin menambahkan kecap asin, cukup celupkan bagian ikan yang menyentuh kecap, bukan nasi. Dengan begitu, rasa tetap seimbang.

  3. Makan dalam sekali suap. Nigiri dibuat dengan ukuran yang pas untuk sekali makan. Menggigit setengah biasanya membuat nasi berantakan.

  4. Gunakan jahe sebagai pembersih mulut, bukan lauk. Jahe (gari) dimakan di antara dua jenis sushi untuk menyegarkan lidah, bukan diletakkan di atas sushi.

  5. Hormati karya chef. Ingat bahwa setiap potongan sushi adalah hasil keterampilan bertahun-tahun. Mengubahnya secara berlebihan dianggap tidak sopan.

Perspektif Seorang Chef

Chef Michelin di Newcastle itu menegaskan bahwa pekerjaannya bukan hanya memasak, tetapi juga merawat sebuah warisan budaya. Dalam wawancaranya, ia mengatakan bahwa sushi adalah “perpaduan antara rasa dan keheningan.” Maksudnya, saat seseorang menyantap sushi, ia seharusnya merasakan kesungguhan dalam setiap detail, bukan hanya sekadar kenyang.

Ia juga menambahkan bahwa kecap asin sudah tersedia bukan berarti harus digunakan banyak-banyak. Sama seperti garam dalam masakan Barat, kecap adalah pelengkap, bukan bahan utama.

Mengapa Orang Sering Salah?

Ada beberapa alasan mengapa banyak orang di luar Jepang melakukan kesalahan ini:

  1. Kurangnya edukasi kuliner. Banyak restoran di luar Jepang tidak menjelaskan etika dasar makan sushi.

  2. Pengaruh budaya fast food. Di banyak tempat, sushi dianggap makanan cepat saji sehingga orang terbiasa menambahkan bumbu seenaknya.

  3. Kebiasaan rasa asin. Lidah sebagian orang sudah terbiasa dengan rasa gurih-asin yang kuat, sehingga mereka merasa sushi "kurang rasa" tanpa tambahan kecap berlebih.

Menikmati Sushi dengan Benar

Jika ingin menikmati sushi secara maksimal, ada beberapa tips yang bisa dipraktikkan:

  1. Percaya pada chef. Biasanya, chef sudah menentukan bumbu yang pas. Jika sushi sudah diberi olesan kecap atau saus, tidak perlu menambahkan lagi.

  2. Cicipi dulu tanpa tambahan. Rasakan keaslian rasa ikan dan nasi sebelum memutuskan menambah kecap.

  3. Jangan buru-buru. Nikmati perlahan, rasakan tekstur nasi, kelembutan ikan, dan aroma laut yang segar.

  4. Hargai penyajian. Tata letak sushi di piring juga memiliki arti. Biasanya urutannya dibuat dari rasa ringan ke kuat.

Lebih dari Sekadar Makan

Sushi mengajarkan kita tentang kesederhanaan dan penghargaan terhadap alam. Bahan-bahannya sederhana: nasi, ikan, sedikit sayuran atau rumput laut. Namun, dengan sentuhan seni, ia berubah menjadi hidangan kelas dunia.

Chef berbintang Michelin yang membongkar kesalahan ini sebenarnya sedang mengingatkan dunia: jangan anggap remeh sushi. Jangan menyamakan dengan makanan cepat saji biasa. Ada filosofi, ada seni, ada sejarah panjang yang harus dihormati.

Penutup

Satu kesalahan kecil seperti mencelupkan sushi ke dalam kecap asin secara berlebihan mungkin tampak sepele. Namun bagi seorang chef yang mendedikasikan hidupnya untuk kuliner, itu adalah tanda kurangnya penghargaan terhadap karya seni.

Dengan memahami cara menikmati sushi yang benar, kita tidak hanya mendapatkan pengalaman makan yang lebih lezat, tetapi juga turut menjaga warisan budaya Jepang agar tetap dihormati di seluruh dunia.

Sushi bukan sekadar makanan. Ia adalah cerita tentang kesabaran, keindahan, dan keseimbangan. Jadi, lain kali ketika menyantapnya, mari kita hargai dengan cara yang benar—sesuai dengan harapan para chef yang telah mengabdikan hidupnya demi menghadirkan sepotong kecil keajaiban di atas piring.

Posting Komentar