Dalam satu dekade terakhir, Netflix dan Spotify berhasil mengubah cara masyarakat di seluruh dunia mengonsumsi hiburan. Netflix merevolusi industri film dan serial dengan layanan streaming berbasis langganan, sementara Spotify menghadirkan musik tanpa batas yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja. Kedua perusahaan ini telah menjadi raksasa digital yang merajai pasar hiburan global.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul sebuah fenomena menarik: meskipun dunia hiburan bergerak semakin digital, kedua raksasa ini justru memperluas sayap ke ranah offline. Mereka tidak hanya hadir dalam bentuk aplikasi di smartphone atau smart TV, tetapi juga menciptakan pengalaman nyata melalui konser, venue fisik, hingga atraksi interaktif. Langkah ini menandakan perubahan strategi besar, yaitu menghubungkan dunia digital dengan kehidupan nyata penggunanya.
Dari Streaming ke Pengalaman Fisik
Selama bertahun-tahun, fokus utama Netflix dan Spotify adalah memperluas katalog konten serta meningkatkan algoritma personalisasi. Netflix dikenal dengan serial orisinalnya seperti Stranger Things atau Squid Game, sementara Spotify unggul dengan playlist kurasi seperti Discover Weekly dan Wrapped. Namun, seiring dengan semakin banyaknya kompetitor, daya tarik berbasis digital saja tidak lagi cukup.
Generasi muda saat ini, khususnya Gen Z dan milenial, menginginkan lebih dari sekadar layar. Mereka mendambakan pengalaman yang bisa dirasakan secara langsung, yang dapat dibagikan ke media sosial, serta yang menghadirkan sensasi kehadiran di dunia nyata. Hal inilah yang mendorong Netflix dan Spotify memperluas ekosistem mereka ke ranah fisik.
Netflix, misalnya, meluncurkan Netflix House, sebuah konsep venue hiburan yang menghadirkan pengalaman interaktif dari berbagai serial populer. Venue ini pertama kali dibuka di Philadelphia dan Dallas, serta rencananya akan hadir di Las Vegas. Di tempat ini, pengunjung bisa masuk ke dunia serial favorit mereka, mencoba permainan interaktif, menikmati menu makanan bertema, hingga membeli merchandise eksklusif. Dengan demikian, serial yang tadinya hanya bisa ditonton kini bisa "dihidupkan" secara langsung.
Spotify juga mengambil langkah serupa. Perusahaan ini semakin gencar mengadakan konser eksklusif, sesi intim bersama artis, serta acara listening party di berbagai kota. Spotify tidak lagi sekadar menjadi platform mendengarkan musik, tetapi juga fasilitator yang menghubungkan musisi dengan penggemarnya secara langsung.
Mengapa Offline Justru Jadi Strategi Baru?
Ada beberapa alasan mengapa strategi offline ini menjadi relevan di era digital:
-
Pasar digital sudah jenuh
Jumlah layanan streaming semakin banyak. Selain Netflix, ada Disney+, HBO Max, Amazon Prime Video, hingga Apple TV+. Spotify pun menghadapi persaingan dengan Apple Music, YouTube Music, dan Tidal. Ketika persaingan berbasis katalog musik atau film sudah hampir seragam, yang membedakan adalah pengalaman. -
Manusia tetap makhluk sosial
Meski semua bisa diakses lewat layar, pengalaman nyata tetap memiliki daya tarik yang tak tergantikan. Menonton konser langsung atau berjalan di dalam set film terasa jauh lebih mendalam dibanding hanya melihat dari layar. -
Potensi bisnis baru
Ekspansi ke dunia offline membuka sumber pendapatan baru, mulai dari tiket masuk, merchandise, makanan dan minuman, hingga kolaborasi dengan brand lain. -
Membangun loyalitas jangka panjang
Pengalaman offline menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat dengan pengguna. Seseorang yang pernah datang ke Netflix House atau menghadiri konser artis favorit melalui Spotify kemungkinan besar akan lebih setia menggunakan layanan mereka.
Netflix House: Serial yang Hidup di Dunia Nyata
Netflix House menjadi contoh paling jelas dari strategi ini. Bayangkan, penggemar Stranger Things bisa masuk ke dunia Upside Down, atau penggemar Squid Game bisa mencoba permainan ikoniknya dalam bentuk interaktif. Semua ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga strategi branding.
Venue tersebut didesain seperti taman hiburan mini, dengan berbagai zona tematik. Ada area makanan dan minuman dengan menu yang terinspirasi dari serial populer, toko merchandise eksklusif, hingga panggung pertunjukan langsung. Selain itu, pengalaman ini memberikan konten tambahan untuk pengunjung yang ingin berbagi momen mereka di media sosial, sehingga efek pemasaran terjadi secara organik.
Dengan kata lain, Netflix tidak hanya menjual film atau serial, melainkan menjual pengalaman total.
Spotify dan Dunia Musik yang Lebih Dekat
Spotify, di sisi lain, semakin gencar memperluas interaksi antara artis dan penggemar. Beberapa inisiatif yang dilakukan antara lain:
-
Konser mini eksklusif yang hanya bisa diakses oleh pendengar setia atau pelanggan premium.
-
Listening party untuk album baru, di mana penggemar bisa mendengar musik pertama kali bersama artisnya.
-
Event kolaborasi dengan brand lain, seperti fashion atau lifestyle, sehingga musik dipadukan dengan gaya hidup modern.
Selain itu, Spotify Wrapped—fitur tahunan yang merangkum kebiasaan mendengarkan pengguna—juga mulai dipadukan dengan event offline. Di beberapa kota besar, Spotify menyelenggarakan pameran interaktif di mana pengguna bisa merasakan secara langsung bagaimana Wrapped mereka divisualisasikan dalam bentuk instalasi seni.
Dampak terhadap Industri Hiburan
Strategi ini membawa dampak besar, baik untuk perusahaan, artis, maupun industri hiburan secara keseluruhan:
-
Diversifikasi pendapatan
Tidak hanya bergantung pada langganan digital, mereka kini bisa mengandalkan tiket, merchandise, hingga kerja sama dengan sponsor. -
Kolaborasi lintas industri
Musik bisa dipadukan dengan fesyen, film bisa digabungkan dengan kuliner. Hal ini membuka peluang bisnis yang lebih luas. -
Meningkatkan daya saing
Dengan menawarkan pengalaman unik, Netflix dan Spotify memiliki keunggulan kompetitif dibanding pesaing yang hanya bermain di ranah digital. -
Mengubah cara konsumsi hiburan
Hiburan tidak lagi pasif, tetapi interaktif. Pengguna bukan sekadar penonton atau pendengar, melainkan bagian dari pengalaman itu sendiri.
Tantangan yang Harus Dihadapi
Meski menjanjikan, strategi ini juga memiliki tantangan:
-
Biaya besar untuk membangun venue fisik dan menyelenggarakan acara.
-
Risiko operasional, seperti pandemi atau perubahan tren hiburan yang bisa membuat venue sepi.
-
Konsistensi brand, karena pengalaman offline harus sesuai dengan kualitas dan citra yang sudah dibangun di platform digital.
Namun, melihat potensi jangka panjangnya, tantangan ini bukan halangan besar.
Masa Depan Hiburan: Hybrid Antara Digital dan Fisik
Ke depan, kemungkinan besar hiburan akan semakin bersifat hybrid. Pengguna akan tetap mengonsumsi musik dan film secara digital, tetapi pada saat yang sama, mereka juga akan mencari pengalaman nyata yang memperkuat keterikatan emosional.
Netflix mungkin akan memperluas Netflix House ke berbagai kota besar dunia. Spotify bisa saja menghadirkan festival musik global eksklusif hanya untuk pelanggannya. Bahkan, kolaborasi keduanya pun tidak mustahil—misalnya menghadirkan konser live dari soundtrack serial Netflix populer yang dipromosikan melalui Spotify.
Dengan strategi ini, Netflix dan Spotify menunjukkan bahwa meski mereka lahir di dunia digital, mereka tidak melupakan pentingnya pengalaman nyata. Justru, kombinasi keduanya adalah kunci untuk memenangkan hati generasi sekarang dan mendatang.
Kesimpulan
Netflix dan Spotify tidak lagi sekadar aplikasi hiburan, melainkan ekosistem pengalaman. Dengan memperluas ke dunia offline, mereka tidak hanya memperkuat bisnis, tetapi juga menciptakan keterhubungan emosional yang lebih dalam dengan penggunanya.
Era baru hiburan bukan hanya tentang apa yang kita tonton atau dengarkan di layar, tetapi juga tentang apa yang bisa kita alami, rasakan, dan bagikan di dunia nyata.